Dalam dunia transaksi jual beli, diskon atau potongan harga selalu jadi senjata ampuh untuk menarik pembeli guna berbelanja. Taktik ini sudah lama diterapkan, dan kini dipadukan dengan memberikan label ‘diskon khusus’ perayaan tertentu. Dapat dikatakan, pelabelan ini sudah terjadi cukup lama. Ini juga yang akan sangat berkaitan dengan sejarah Black Friday, hari diskon terbesar di negeri Paman Sam.
Di Amerika sendiri, diskon diberikan pada beberapa perayaan besar. Misalnya saja, menjelang hari Natal yang jatuh pada 25 Desember, atau yang berkaitan dengan black Friday adalah perayaan Thanksgiving yang jatuh pada hari kamis keempat pada bulan November. Nah, hari Jumat setelahnya, kemudian dikenal dengan istilah black Friday dimana banyak toko retail yang memberikan diskon besar-besaran.
Jika ditilik dari sisi empiriknya, perayaan atau hari diskon besar-besaran ini sudah dimulai cukup lama pada tahun 1950-an. Ketika itu, perayaan Thanksgiving disusul dengan pemberian diskon besar-besaran dalam rangka menyambut hari Natal yang jatuh sebulan kemudian. Pada hari Jumat tersebut, catatan penjualan naik drastis, dan menghilangkan tinta atau catatan merah yang berarti kerugian dalam dunia retail.
Hilangnya warna merah ini digantikan dengan tinta hitam dalam buku catatan keuangan. Nah dari sinilah dikenal dengan sebutan Black Friday, yakni mulai digunakannya tinta hitam dalam pencatatan buku keuangan yang menandai keuntungan besar yang didapatkan oleh retail. Penggunaan warna ini bahkan diadaptasi pada beberapa aplikasi akuntansi yang digunakan oleh retail dan pedagang modern.
Dengan menjamurnya marketplace digital yang banyak digunakan oleh penjual dan pembeli saat ini, tren diskon besar-besaran dalam rangka perayaan semakin menjadi-jadi. Jika mulanya hanya diberlakukan pada retail berbentuk fisik pada hari Jumat setelah Thanksgiving saja, kni pemberian diskon dilakukan hampir setiap bulan dan hari besar yang dirayakan oleh orang banyak.
Tentu jika melihat budaya di Amerika, Black Friday masih menjadi titik puncak pemberian diskon pada retail besar yang ada di sana. Namun jika dilihat pada konteks Indonesia, pemberian diskon ini bahkan hingga melibatkan tanggal tertentu, seperti misalnya tanggal 11 bulan November (11-11) atau tanggal 12 bulan Desember (12-12) dan sebagainya. Hal ini tentu bukan tanpa dasar, dan dikarenakan animo pasar Indonesia yang sangat mudah terpengaruh oleh diskon yang diberikan pada tanggal tersebut.
Kembali pada sejarah Black Friday dan prakteknya kini, cukup banyak yang berubah. Pada awalnya, perayaan hari diskon ini ditandai dengan pembukaan toko retail lebih pagi, pada pukul 06.00 atau sekitarnya waktu setempat. Namun seiring berjalannya waktu, hal ini bahkan dimulai pada hari sebelumnya, yakni pada perayaan Thanksgiving untuk memaksimalkan pendapatan yang diperoleh.
Beberapa toko sengaja melakukannya secara ekstrim, yakni membuka toko pada puku 24.00 tepat. Tidak jarang, toko retail yang buka pada tengah malam ini sudah diserbu oleh pelanggan yang rela menunggu dari sore hari demi mendapatkan barang yang diinginkannya. Antrian ini juga disebabkan karena beberapa retail menawarkan barang yang hanya dijual pada momen tersebut saja.
Secara praktek penjualan, sah-sah saja memang menerapkan taktik demikian. Pelanggan akan berpikir bahwa momen ini adalah saat yang tepat mendapatkan barang ‘langka’ tersebut dengan harga yang miring. Padahal mungkin nyatanya barang tersebut sengaja dibuat agar langka untuk memanipulasi apa yang dipikirkan masyarakat secara umum.
Tentu saja yang menerima manfaat terbesar sesungguhnya adalah pihak pengelola dan pemilik retail. Pada satu hari penjualan saja, catatan penjualan akan menunjukkan keuntungan yang sangat besar dibandingkan dengan hari normal. Hal ini dikarenakan stimulus berupa diskon atau potongan harga yang ditawarkan, sehingga dapat memberikan dorongan pada masyarakat untuk membelanjakan uang yang mereka miliki.
Memang jika dilihat secara riil, momen seperti Black Friday ini juga memberikan manfaat untuk masyarakat. Misalnya saja, pembelian dapat dilakukan dengan harga yang cenderung lebih murah daripada hari biasanya. Barang-barang yang sulit didapatkan bisa diperoleh pada momen tersebut jika sedang beruntung. Serta mungkin luapan kegembiraan ketika mendapatkan barang yang didiskon secara besar-besaran.
Bagi Anda yang gemar berbelanja, godaan diskon tentu menjadi faktor besar dalam pertimbangan pembelian. Potongan dari harga normal, bahkan jika hanya sebesar 10% saja, akan sangat terasa. Namun demikian sebagai konsumen yang bijak, hendaknya Anda dapat mengendalikan diri ketika datang hari besar yang dijadikan momentum pemberian diskon di pasaran.
Memahami sejarah Black Friday seperti yang dipaparkan di atas mungkin akan penting jika Anda akan bepergian ke wilayah Amerika. Di Indonesia sendiri, momen ini belum banyak diperhatikan karena perbedaan kultur yang dimiliki. Biasanya, diskon besar-besaran diberikan pada periode Idul Fitri dan akhir tahun. Pada dua momen inilah titik puncak belanja masyarakat di Indonesia terjadi.
Tinggalkan Balasan